《Nominal Dolar Zimbabwe lebih banyak dengan nominal dolar US, tapi tidak dengan nilainya》




Dengan banyaknya buku yang ada kita akan kesulitan menentukan mana yang tahkik dan mana yang tidak kecuali dengan petunjuk seorang guru. Dan guru yang dimaksud adalah guru yang menjadi pakar dalam cabang tersebut. 

Dalam sebuah petuah arab masyhur dikatakan bahwa likullli fannin rijalun (setiap cabang keilmuan ada pakarnya). Maka jika ada permasalahan dalam suatu perkara, hendaknya kita kembalikan kepada pakar dalam perkara tersebut. Sebagai contoh dalam kedokteran. Seorang dokter gigi bisa mengidentifikasi penyakit seseorang yang berkaitan dengan gigi dan semua yang berhubungan dengan mulut sekaligus melakukan pengobatan. Maka ia tidak bisa melakukan pengobatan penyakit-penyakit dalam ilmu kedokteran bedah secara tepat. Karena untuk mengidentifikasi hal tersebut hanya dilakukan oleh seorang dokter bedah.


Contoh di atas berhubungan erat dengan pernyataan Ibn Hajar al-'Asqolani bahwa barang siapa berujar terhadap sesuatu yang bukan keahliannya, ia akan mengherankan. Seorang dokter gigi tidak berhak memberikan pernyataan yang berkaitan dengan organ dalam, karena dia bukan ahli dalam hal tersebut. Begitupun orang biasa yang tidak memahami ilmu kedokteran, jika ia mengobati maka ia akan memberikan efek yang berbahaya hingga terjadilah malpraktik.


Dengan demikian kita akan sampai kepada pemahaman bahwa jika kita berguru kepada pakar dalam bidang yang kita kerjakan, maka kita akan berjalan pada jalan yang benar. Dam Itulah maksud daripada pembangunan pemikiran seorang murid tidak bisa dilihat dari seberapa banyak guru, namun kualitas daripada guru yang ia bergurui. Tidak juga dilihat daripada banyaknya buku yang ia selesaikan, namun kualitas pemahaman dan kebenaran pemahaman yang menjadi acuan. Kualitas lebih utama daripada kuantitas. 


Dalam tema besar ini, al-Qur'an telah menyebutkan bagaimana kondosi umat muslim ketika perang badar dapat memenangkan peperangan meskipun jumlah mereka saat itu terlampau jauh dengan orang-orang kafir. Umat muslim terdiri hanya tiga ratus tiga orang, sedang kaum kafir terdiri atas seribu tiga ratus orang. Namun dengan kuasa Allah swt dan umat muslim yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah, mereka bisa menebas semuanya hingga Allah swt berfirman:

 

{ وَلَقَدۡ نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ بِبَدۡرࣲ وَأَنتُمۡ أَذِلَّةࣱۖ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ }

[سُورَةُ آلِ عِمۡرَانَ: ١٢٣]


Dan sungguh, Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu dalam keadaan lemah.Karena itu bertakwalah kepada Allah, agar kamu mensyukuri-Nya.


Bagaimana bisa sesuatu yang banyak runtuh dengan sesuatu yang sedikit?. Seperti yang terjadi juga dalam pewayangan ketika terjadi Perang Baratayuda antara Pandawa dan Kurawa, Pandawa dapat memenangkan perang meskipun mereka kalah jumlah. Perbandingan jumlah mereka sekitar satu banding tiga. Ini adalah angka yang cukup jauh.


Tentu sangat bisa apabila sesuatu yang sedikit tersebut memiliki kekuatan, kelihaian, keahlian, kemampuan yang melampaui sesuatu yang banyak. Maka sebuah keutamaan tidak dapat diukur hanya melalui kuantitasnya saja. Justru penyokong utama adalah kualitas dari sesuatu itu.


Lalu bagaimana seorang murid bisa mendapatkan kualitas yang baik? Tentunya dengan pendalaman materi dan pembangunan malakah yang begitu keras bagaikan baja. Pembahaman yang mendalam dan komprehensif. Semakin ia dapat mendalami pemahaman sebuah materi dengan buku yang sedikit maka ia akan sampai ke pemahaman yang kuat. Seorang sastrawan mesir bernama Abbas Aqqad mengatakan pembacaanmu terhadap satu buku selama sepuluh kali khatam itu lebih baik daripada anda membaca sepuluh buku masing-masing sekali khatam. Karena tidak menutup kemungkinan terjadinya lupa dan hilang begitu saja dengan banyaknya maklumat yang masuk ke dalam otak. Jika demikian, maka otak lebih mudah terdistraksi fokusnya dengan maklumat baru yang lain yang berbeda pembahasan dengan maklumat utama. Maka kualitas pemahaman dia tentu akan terdistraksi dan hanya mendapat secuil saja.


 Kairo, 3 September 2024.