Beliau adalah Duktur Shuhaib Hasan al Syafi'i, seorang pakar Ilmu Kalam dan Filsafat sekaligus memperjuangkan Ilmu Kalam dalam segi tahkik kitab, karena di zaman sekarang ini banyaknya buku-buku Ilmu Kalam yang dicetak namun ditahkik oleh orang-orang yang tidak mempelajari Kalam secara radikal (mendalam) dan komprehensif (meluas). Hal itu yang mendorong beliau untuk berjuang dalam mengumpulkan manuskrip-manuskrip lama dari pelbagai masa kemudian mentahkiknya. Beliau pernah diapresiasi oleh Grand Syekh Ahmad at Thayyeb karena tahkiknya atas kitab Mawaqif karya Al-'Adhud Al-'Iji - dicetak oleh Al-Azhar ketika Pameran Buku Internasional kemarin - yang begitu kuat dan membahas komparasi pemikiran-pemikiran klasik mengenai Ilmu Filsafat, Ilmu Kalam serta Ilmu Falak. Untuk terkini beliau mengatakan akan rilis kitab Syarh Ad Dawani 'ala 'Aqaid 'Adhudiyyah dengan tahkiknya yang tentu di keluarkan oleh Masyikhatul Azhar. Selain itu beliau juga memperkenalkan catatan-catatan karya Syekh al-Huwayhi dalam Ilmu Kalam.
Pertemuan saya dengan beliau tidaklah diduga-duga, beliau yang memperkenalkan kepada saya Syekh Abdul Hamid al-Turkmani - seorang pakar mantik dan filsafat era sekarang berasal dari Iran dan bermukim di Turki - dua tahun lalu ketika saya menginjak tingkat dua di Fakultas Ushuluddin.
Sore tadi kami bertemu kembali ketika saya berjalan menuju Layali Sulayman untuk mengadakan diskusi mingguan bersama beberapa kolega kami dalam pembahasan salah satu karya Malik bin Nabi.
Setiap bertemu beliau selalu ada hal baru yang saya dapatkan mengenai diskursus yang saya pelajari yakni Ilmu Kalam seraya memberikan kuliah non-formal. Saya pernah bertanya apakah beliau membuka pengajaran? Ternyata beliau menghabiskan waktunya dalam analisa buku-buku dan manuskrip dan selebihnya beliau mengajar di Alexandria, namun beliau mengatakan jika bertemu dengan saya pasti akan diberikan sharing-sharing dan nasehat yang beliau dapatkan. Dan ini yang sangat mahal, karena saya mendapatkan banyak sekali pendapat tahkik yang jarang dibahas orang.
Di akhir pembicaraan, beliau bertanya kepada saya apakah nama saya ini berasal dari bahasa arab yang berarti fida' menggunakan hamzah atau dari bahasa negara saya? Saya menjawab nama saya berasal dari bahasa sansekerta. Beliaupun mengatakan bahasa sansekerta (سانسكرتية) adalah bahasa india kuno yang dari situ banyak para filsuf muslim khususnya pemerhati ilmu falak - al Fazary dan satunya saya lupa - mengambil konsepsi zigh (astronomi) dari orang-orang india kuno. Cerita tersebut beliau dapat dari salah satu karya al-Biruni namun al-Biruni tidak membahas secara ditail.
Walhasil saya ajak beliau foto untuk kenang-kenangan. Meskipun beberapa pandangan saya tidak setuju dengan beliau namun beliau tetap menjadi orang yang berpengaruh dalam perjalanan hidup saya.
0 Comments
Posting Komentar