《Jalan menuju hakikat itu banyak, sebanyak jumlah saliknya》
- Ibn Arabi
Di pertengahan bulan Ramadhan pada 1444 Hijriyyah, saya mendapat kabar dari salah satu senior yang seringkali saya ajak diskusi mengenai mantik, filsafat, hingga tasawwuf. Ketika itu beliau memberikan kabar bahwa akan ada perayaan maulid Syekh Akbar Ibn Arabi. Nama itu begitu ramai di kalangan pegiat ilmu akhir-akhir ini. Mereka saling memperdebatkan sosok ajaran Wali Agung tersebut mulai dari wahdatul wujud hingga pendapat-pendapat beliau. Memang jika melihat dari sejarah, beliau sempat kontroversial meskipun pada akhirnya banyak ulama yang mengakui dan akhirnya menyatakan kewalian Syekh Ibn Arabi ini.
Muhammad ibn Ali Ibn Arabi At-Tha'Al-Hatimi ilahir pada 17 Ramadhan 560 Hijriyyah di Al-Mursia, Andalus (sekarang Spanyol). Nama kecil beliau adalah Muhammad lalu diberi panggilan Abu Abdillah setelah beliau memilkli seorang putera. Dari nama lengkap beliaupun kita bisa mencari dari keluarga mana asal beliau ini. Beliau masih satu suku dengan Hatim At-Tha'i seorang penyair arab yang masyhur di zaman klasik.
Dalam sebuah acara yang dihadiri oleh Al-Marashili Ensemble - grup musik arab terkenal dari suriah - Mursyid Tarekat Akbariyyah Syekh Ayman Hamdy mengajak para salik untuk mengenang kembali jasa-jasa Ibn Arabi dan ajaran-ajaran tasawwufnya yang amat mendalam. Pembawaan musik dan nyanyian yang dibawakan Al-Marashili pun menyenandungkan ketawajjuhan dan kekhidmatan dalam acara. Pukulan demi pukulan rebana elektrik mereka iringkan selama acara dengan penuh gairah spiritual yang amat mendalam. Mulai dari nada-nada yang pelan dan gertakan yang menggugah hati untuk berdzikir hingga nada-nada yang mengajak para pendengar untuk mendekat kepada Allah.
Jika mengamati para pendengar di tempat, serasa semua ekspresi tertuju kepada keheningan yang takjub. Ketika pelafalan qashidah Sayyidi Muhyiddin mereka sontak terbelalak dan pandangan hatinya terbuka. Segala permasalahan yang ada di kepala tereliminasi dengan senandung nama wali agung ini.
Sebagai Ahlussunnah wal jama'ah, kami tentu menghormati Ibn Arabi dan menempatkan beliau ke dalam barisan para ulama besar. Peran beliau dalam ajaran tasawuf diapresiasi oleh banyak ulama besar. Meski beberapa ulama mencerca pandangan Ibn Arabi yang cenderung menggunakan argumentasi kasyaf, namun dari situ banyak pengajaran yang berupa ajakan supaya para pengikut beliau mendalami tasawwuf ini bukan hanya melalui interaksi jasmani saja. Aktifasi ruh untuk bangkit dari jiwa yang suram sangat khas dalam ajaran beliau. Untuk itu, beliau adalah orang pilihan Allah untuk mengajarkan ilham-ilham tersebut.
Maka sungguh amat disayangkan apabila ada beberapa golongan yang mencerca beliau habis-habisan. Karena sejak zaman dahulu hingga sekarang, Al-Azharpun masih setia melestarikan ajaran Ibn Arabi di dunia keilmuan. Banyak kita temui para guru besar Al-Azhar salah satunya Syekh Ahmad Thayyeb yang menulis tentang beliau. Bahkan, Syekh Ali Jum'ah merupakan musyrif atas Muassasah Ibn Arabi yang di pimpin oleh Syekh Ayman Hamdy.
0 Comments
Posting Komentar