Udara musim panas kairo yang mencekam membuat saya geram di dalam kamar. Hingga sore itu mendorong saya keluar rumah untuk mencari sebongkah es untuk mendinginkan badan sekaligus otak yang mulai panas karena persiapan ujian. Tibalah saya di sebuah warung kopi mesir langganan - Layali Sulaiman - tempat dimana saya dan kawan-kawan beraktifitas mulai dari belajar, diskusi, ngobrol ngalor-ngidul ngomongin dunia hingga sharing akan bacaan kitab. Setibanya saya dan kawan-kawan di sana, disambutlah kami dengan penjaga langganan hingga orang yang sedang duduk di sana menyambut kami. "Silakan, silakan, kalian orang Indonesia?" "Iya" "Saya dari Suria, Halab, Aleppo Aleppo.." saya langsung notice dengan percetakaan tertua di Mesir yang didirikan oleh keluarga syiria dari Aleppo, masyhur dengan nama "Halabi". "Ana uhibbu 'ulama shighor" ujarnya, saya menyukai ulama kecil/ maksudnya tukang belajar ilmu syariat. 


Beberapa waktu kemudian beliaupun mendekati kami lalu mengajak kami berdiskusi dengan pertanyaannya. Seraya meminta saya untuk menerjemahkan apa yg beliau utarakan kepada kawan-kawan (kami ber-empat). "Jika seseorang tidak mendoakan orang-orang sholeh dalam sholatnya, apakah sholatnya batal?" Kamipun menjawab satu persatu. Mulai dari A sampai Z. Salah satu kawan saya sadar akan pertanyaannya ini merujuk kepada salah satu rukun sholat. Yakni dalam tahiyyat. Dalam tahiyyat ada ungkapan doa yang asalnya perbincangan Rasulullah saw ketika Isra' Mi'raj dengan Allah azza wa jalla yang berbunyi. "Assalamu'alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakatuh, assalamu'alaina wa'ala 'ibadillahish sholihin". Dalam salam kedua mengungkap doa keselamatan untuk para orang-orang sholih. Dari situ beliau mengajak diskusi akan kerancuan Salafi Wahabi yang melarang mendoakan orang shalih padahal dalam sholat saja itu termasuk rukun sholat.


Berikutnya, belau mengajak kami ngobrol soal Tasawwuf sembari temannya datang ikut nimbrung bersama kami. Teman dari orang tersebutpun membuat saya bingung tujuh keliling sambil garuk-garuk kepala. Bagaimana tidak, ketika kawan saya menggerutu saat pesanan makanannya datang teman dari orang tersebut menceletuk "Al Mutazawwij laa ya'kul katsiran" (orang yang sudah nikah itu ga makan banyak). Waktu itu saya kaget sama orang ini dan diantara kawan-kawan hanya saya yang ngeh dengan omongannya. Darimana dia tau kalau kawan saya telah beristri?! 


Lanjut orang Syria tadi bertanya kepada kami satu persatu "Kamu ikut Tarekat?". Kawan saya yang sudah bertarekat sejak lama dan keluarganya telah memiliki tarekat di daerahnya pun bilang "Iya saya ikut Tarekat, saya dari Tarekat ini". Lalu sampailah beliau bertanya kepada saya, lalu saya jawab "Saya belum ikut Tarekat". Teman orang Syiria ini pun bilang sambil menunjuk dadaku dan dadanya "Kamu bakal masuk Tarekat ga lama lagi". Saya meresponnya sambil senyum juga sambil bingung, darimana dia tau kalau saya memang berencana untuk masuk bertarekat sebelum meninggalkan tanah mesir ini?!.


Orang Syiria ini lanjut dengan bertanya kepada kami, apa bedanya orang bertarekat dengan tidak? Dia sembari bercerita pengalamannya ketika di Turki. Pernah suatu masa dia dipanggil "anjing" oleh seseorang karena dia bertarekat. Dengan santainya dia menjawab, iya memang aku ini anjing tapi anjing yang punya tuan. Anjing yang punya tuan dirawat oleh tuannya, tidak seperti anjing liar yang ada dijalanan luntang-luntung, kotor dan tidak terawat. Sebuah permisalan yang membuat lawan bicaranya diam.


Di akhir perbincangan pun ia memberikan dorongan kepada kami untuk terus belajar dan dzikir kepada Allah sebagai Pencipta dan pemberi ilmu kepada Manusia. Lalu diapun mengatakan "Saya ada intisab kepada Imam Junaid, nama keluarga kami Al-Junaidy, intisab kepada nasab kami ke Imam Junayd". Imam Junayd Al-Baghdadi adalah seorang wali, sufi yang dijadikan pakem oleh mayoritas Ahlussunnah wal jama'ah untuk intisab tarekat karena aharan beliau yang paling pakem dan kuat dalam bertarekat karena jauh daripada syubhat dan kenyelenehan. Azharpun bertumpu kepada Imam Junayd Al-Baghdadi. Lantas, iapun pergi meninggalkan kami. Sayapun bingung tujuh keliling, kok bisa-bisanya dihadapkan orang yang aneh yang membuat saya garuk-garuk kepala. Hadeh. Dan ini bukan pertama kali saya mendapati orang seperti Orang Syiria ini dan kawannya. Semoga Allah selalu mempertemukan kami kepada orang-orang baik, shaleh dan penuh hikmah.